Wartawan RRI Mataram Terpilih jadi Ketua PWI NTB


Ketua PWI NTB terpilih Nasrudin bersama tim Formatur dan H. Ismail Husni Bos Lombok Post Group. (Dok. Ndai)
Lombok Timur, ndaionline.com,-  Usai menggelar Konfercab Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTB, di Hotel Green Ory, Tete Batu Sikur Selatan, Kabupaten Lombok Timur, panitia menggelar pemilihan Pengurus  PWI NTB Periode 2020-2025.

Disepakati pemilihan dilakukan secara terbuka atau aklamasi, tanpa divoting.

Nasruddin, wartawan RRI Mataram, mendapat mandat untuk menjadi ketua PWI NTB.

Sebelum terpilih sebagai Ketua defenitif, Nasruddin yang sebelumnya sebagai PLT PWI NTB, mengungkapkan, bahwa PWI adalah organisasi yang sejuk dan damai. Untuk itu harus mampu menciptakan sinergitas dengan seluruh komponen, demi terwujudnya perjuangan untuk masyarakat dan pemerintah.

“Mari kita bangun sinergitas dengan pemerintah maupun masyarakat,”ujar Nasarudin.

Sementara itu Pengurus Persatuan Wartawan (PWI) Pusat, Ahmad Munir mengatakan, saat ini banyak yang mengaku dirinya wartawan, media cetak maupun online. Namun, belum memiliki kompetensi sebagai wartawan.

Karena mereka mantan tukang parkir, mantan tukang becak, bahkan mantan preman,’’ ungkap Munir dalam sambutannya, tanpa bermaksud mendiskreditkan para awak media, di Hotel Green Orry Inn, Tete Batu Selatan, Sikur, Lombok Timur, Sabtu, 29 Februari 2020.

“Wartawan yang pintar, semua akan pintar. Wartawan sehat, semua akan sehat. Kita jaga sistem jurnalistik dan ekosistim. Bagaimana PWI NTB memastikan ekosistim pers berjalan dengan baik,’’katanya.

Dijelaskan Direktur Pemberitaan Kantor Berita Nasional Antara ini, akibat banyaknya yang mengaku wartawan tanpa ditunjang kompetensi, maka perlu adanya standarisasi untuk perusahaan pers.

Standarisasi yang dimaksud, Perusahaan Pers tidak hanya berbadan hukum dalam bentuk Perusahan Terbatas (PT). Tapi wartawan yang terdaftar dalam Perusahaan Pers harus memiliki sertifikasi wartawan lewat Uji Kompetensi Wartawan (UKW).

"Wartawan media cetak dan online hingga sekarang ini 40 ribu orang. Yang sudah diverifikasi hanya sedikit,” ungkap Munir.

Kondisi inilah yang menurutnya,  menyebabkan munculnya praktek wartawan yang menyimpang, seperti memeras nara sumber.

Jika perusahan pers ada standarisasi melalui verifikasi, maka wartawan yang menyimpang bisa diketahui dan diberi teguran keras,” pungkas Munir, di hadapan Karo Humas Provinsi NTB, Najamuddin Amin, Humas Polda NTB, Kapolres Lombok Timur, dan Sekda Lombok Timur. (Ndai 003)

Posting Komentar

[disqus][facebook][blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.